OM GOOGLE

9 Mar 2011

Perih Itu Akhirnya Bahagia

Sebuah pernikahan adalah suatu anugrah yang diberikan Allah kepada hambaNya untuk menghalkakan ikatan hati 2 orang anak manusia yang saling mencinta. Dan dalam islam pernikahan bukan permainan. Dimana seseorang yang memutuskan untuk menikah akan diikat dg ikatan yang suci dalam perjanjian yang besar. Dalam Al-qur’an pernikahan disebutMiitsaaqan ghaliizhaa yang artinya ’perjanjian besar’. Karena janji yang diikrarkan dalam sebuah pernikahan bukan hanya janji antara 2 pasang sejoli itu saja tapi pernikahan itu adalah perjanjian antara kita (pengantin) dengan Allah.. Itulah kenapa seseorang yang memutuskan untk menikah harus siap dan bisa mempertanggungjawabkan ikrar suci di hadapan Allah itu dengan memperlakukan pasangan hidupnya itu dengan baik…Selain itu dikatakan juga bahwa menikah merupakan salah satu bagian dari bentuk ibdah kita kepada Allah yang dengannya berarti kita telah menunaikan separo dari agama.
Dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”. (HR: Thabrani dan Hakim)
Diluar dari kemuliaan sebuah pernikahan pada kenyatannya banya sekali rumah tangga yang di tengah perjalannya mengalami gonjang-ganjing langit kerlap2( eh bukan, itumah lagu ya..hehhe^_^ )..kembali lagi ke topik. Seperti kita tahu sekarang ini banya sekali fenomena2 di sekitar kita yang menunjukkan tingginya tingkat perceraian, bukan hanya dari para artis yang notabene terexpose, karena di lingkungan masyarakat yang tidak tersentuh mediapun perceraian ini memang banyak juga terjadi. Entah karena alasan apa, tapi yang jelas sesungguhnya perceraian dalam Islam sangat dibenci oleh Allah.
Dari Umar ra. dari Rasulullah saw. Berkata: Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian”. (HR. Abu Daud dan Hakim)
Sahabat kita pasti sering mendengar hadist Rasullullah tersebut. Ya, itu menjadi landasan bahwa Allah sesungguhnya sangat menginginkan sebuah keluarga dibangun di atas ikatan suci dan tak ternodai serta menjadi keluarga yang sakinah. Karena itulah perbuatan cerai amat dibenci oleh-Nya.
Namun Islam adalah agama fitrah yg mengakui bahwasanya akan ada suatu saat dimana sebuah rumah tangga tidak dapat dipertahankan lagi dikarenakan banyak ketidakcocokan antar dua pasangan. Saat hubungan sudah berusaha dipertahankan, segala cara sudah diupayakan. Namun tidak ada sebuah solusi yang ditemukan sehingga masing2 pihak merasa bahwa keberadaan pasangannya hanya bisa menjadi duri yang siap melukai pasangannya setiap saat. Maka Islam saat itu tidak membebani dgn ngotot-ngotot kepada kita untuk mepertahankan sebuah hubungan rumah tangga yg kalau bahteranya dilanjutkan akan semakin memupuk kebencian dan mudharat-nya jauh lebih besar, sehingga dalam kondisi seprti maka pada kondisi seperti ini perceraian diprbolehkan.
Sebuah rumah tangga yang di dalamnya tidak ada keshakinahan ibarat seseorang yang sedang menderita luka akibat penyakit diabetes. Dimana saat luka itu tetap dipertahankan karena takut kehilangan sebagian anggota badannya, maka dia akan terus merasakan rasa sakit selamanya. Bahkan semakin lama luka itu akan menjalar kebagian tubuh lainnya. Dan perceraian itulah ibarat amputasi jika pengobatan lain sudah tidak mampu menyembuhkan. Seseorang yang diamputasi memang akan kehilangan sebagian anggota badannya, tapi dia tidak akan sakit lagi.
Untuk sahabat semua yang saat ini perikahannya berada di ujung tanduk sehingga memutuskan untuk mengambil sebuah keputusan yang berujung pada perceraian, semoga perpisahan itu bukan karena perpisahan karena nafsu semata. Smoga Perpisahan yang menjadi keputusan bisa menjadi jalan Allah untuk membukakan pintu kebahagianNya .
Ingatlah niatan Sahabat semuanya saat akan mengikrakan janji dalam pernikahan, dimana niat yang sudah tertata rapi dalam hati hanya karena ingin mendapat keridhoan Allah. Smoga perpisahan yang akan ditempuhpun bisa diniatkan untuk menggapai ridho Allah. Masih ada hari yang baru yang menyiapkan segala keindahannya. Akan ada siang setelah malam. Smoga Kebahagian kan menjelang…
Kisah yang ditulis oleh sahabat kita berikut ini semoga bisa melapangkan hati kita dan optimis dalam menghadapi hari baru, dengan harapan baru akan hadirnya sebuah kebahagian yang baru pula.
Diambil dari Mukjizat Sholat Dan Doa (Sebuah Program yang dibentuk oleh Rumah Amalia “Rumah untuk berbagi kebahagiaan Jl. Subagyo IV Blok ii, no.24 Komplek Peruri, Ciledug. Tangerang)
By: M. Agus Syafii
Perih Itu Akhirnya Bahagia
Pengakuan seorang laki-laki yang terpaksa bercerai dari istrinya. Kerepotan mengurus anak yang masih balita dan kesibukan mencari nafkah membuat hidupnya menjadi tidak terurus dan terbengkalai. Rasa bersalah dan kesepian serta kekacauan hidupnya setelah kehilangan, membuat ia melupakan harga dirinya. Berkali-kali ia memohon kepada istri dan anaknya untuk kembali namun semua sudah tidak sanggup lagi bisa disatukan. Janji dan niat baik untuk memperbaiki diri tidak dapat dilaksanakan, apa lagi keadaan lebih parah dari sebelumnya. Akhirnya mereka berpisah dan hidupnya menjadi hancur, hatinya perih terluka. Airmata mengalir begitu saja karena tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Ia bersama kakaknya hadir ke Rumah Amalia. Kami berdoa bersama dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Sejak itu ia mendapat ketenangan dan hidupnya menjadi lebih teratur karena merasakan bahwa perih luka dihatinya adalah wujud kasih sayang Allah kepada dirinya. Perjalanan hidup terus berlanjut sampai mengenal seorang gadis yang kemudian menjadi istri dan ibu dari sang buah hatinya. Ia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangga yang kedua karena pengalaman masa lalu telah membuatnya lebih dewasa dan bijak setiap menghadapi masalah dan perbedaan. Istrinya juga merawat dan menyayangi anak tirinya sebagaimana anaknya sendiri, keduanya saling mencintai dan saling mengerti serta menerima apa adanya.
Meskipun kenangan atas mantan istrinya terkadang masih menyisakan rasa perih dihati namun sama sekali tidak mengganggu dirinya dan keluarganya. Mantan istrinya masih sering datang meminta bantuan bagi anaknya yang ikut dengan dia. Istrinya sama sekali tidak marah ataupun cemburu bahkan malah menganjurkan agar memberikan sebagian rizkinya untuk diberikan kepada mantan istri & anaknya. Hubungan istri dan mantan istrinya juga anak2nya sangat baik, ketika diantara mereka ada yang sakit, mereka saling menjaga dan merawat. Merekapun sudah menjadi seperti satu keluarga dengan kasih sayang yang berlimpah.
‘Alhamdulillah. terima kasih Ya Allah atas karuniaMu kepada kami dan keluarga kami,’ tuturnya malam itu di Rumah Amalia. Kehidupannya menjadi indah karena kebencian telah berubah menjadi saling mengasihi. Perih itu akhirnya bahagia.
‘Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya pasti Kami akan memberikan tempat yang indah kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar kalau mereka mengetahui, yaitu orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal.’ (QS. an-Nahl : 41-42).

1 komentar: